Sabtu, 01 Desember 2012

Mount Kawi

Gunung Kawi adalah sebuah gunung berapi di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Indonesia, dekat dengan Gunung Butak. Tidak ada catatan sejarah mengenai letusan gunung berapi ini.
Gunung Kawi, terletak di sebelah barat kota Malang merupakan obyek wisata yang perlu untuk dikunjungi bila kita berada di Jawa Timur karena keunikannya, obyek wisata ini lebih tepat dijuluki sebagai "kota di pegunungan". Di sini kita tidak akan menemukan suasana gunung yang sepi, tapi justru kita akan disuguhi sebuah pemandangan mirip di negeri tiongkok zaman dulu.
Di sepanjang jalan kita akan menemui bangunan bangunan dengan arsitektur khas Tiongkok, dimana terdapat sebuah kuil/klenteng tempat untuk bersembahyang atau melakukan ritual khas Kong Hu Cu. Biasanya orang-orang Tionghoa mengunjungi tempat ini pada hari-hari tertentu untuk melakukan ritual keagamaan seperti memohon keselamatan , giam si , ci suak dsb namun tak jarang pula yang hanya sekedar berpelesir untuk melepas lelah. Di sepanjang jalan juga banyak terdapat penginapan baik itu hotel, losmen, atau bahkan rumah penduduk dapat juga disewa untuk dijadikan tempat menginap.
Ada banyak hal unik yang berhubungan dengan kepercayaan yang dapat kita temukan di gunung Kawi, Salah satu diantaranya adalah sebuah pohon yang konon dipercaya bila kita kejatuhan buahnya, maka kita akan mendapat rejeki. Pada malam-malam tertentu akan banyak sekali orang yang duduk di bawah pohon ini. Selain pohon, terdapat juga makam Mbah Djoego, seorang pertapa pembantu Pangeran Diponegoro, yang juga sangat dijaga oleh penduduk setempat.
Trust is the business heart of each human being. That is one phrase which is reflected from this location. As a magnet, two ancestral graves (Grandmother Djoego and Faith Soedjono RM), which became the main center of this site over the years have attracted hundreds and perhaps thousands of people made ​​up of different faiths and beliefs to take the place of prayer. On average they come to this place to pray for smooth business, fate or mate. This location is always open for 24 hours non-stop and never deserted though the night was late. Much like a mini metropolis in a remote mountain slopes, this location became a destination for seekers of spiritual blessings throughout the country. At the time of my visit there, I found many plates of vehicles parked outside the city dipelataran parked about 500 meters away from the location.
Average of them come from Jakarta, Surabaya, Malang, Denpasar, Bandung and even did I find the vehicle license plate from the Riau Islands. Around the site, exactly along the path that led to the building berpaving tomb, there are many shops, hotels, souvenir shops, kiosks tellers, peddlers meatballs and roasted corn lined up outside the entrance gate to the entrance gate of the court pesarean. Next in the courtyard area 1, near the pesarean, there is a storage building heritage, tionghoa a temple, a mosque and a row of roses and incense traders. There is a spacious courtyard where visitors relax, just a mat in front of a building Ciam Sie chinese astrologer. There is also a building where Javanese puppet show.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar